29.12.14

Selamat malam, Bapak, Ibu!
Satu dua jam berlalu setelah kita bertemu. Terasa lama ya, Bu. Ingin rasanya hari-hariku selalu bertemu dengamu. Telfonmu 2x sehari masih membuatku rindu. Berlebihankah?

Maafkan aku yang takpernah pulang tapi berkata rindu. Munafik ya, Bu? Aku hanya sulit mengekspresikan rasa rinduku padamu. Walau aku tak pernah pulang, tak inginkah Ibu tahu bahwa sebenarnya aku ingin kembali tinggal satu atap denganmu seperti 5 tahun lalu?

Tak terasa ya Bu, anakmu ini hidup merantau hingga 5 tahun ini. Tapi rasanya aku tak ingin tumbuh dewasa Bu, semakin aku dewasa, waktuku bersama Ibu semakin berkurang. Maafkan anakmu Bu, aku belum bisa membagi waktu.

Bu, saat ini aku benar-benar merasakan kehidupan. Lepas dari pelukanmu. Dingin disini Bu. Banyak yang melukaiku. Senjataku belum terlalu canggih untuk melawan mereka. Ajari aku, Bu.

Hidup ini sulit ya, Bu. Sulit sekali. Bahkan untuk berkata bohongpun aku harus memutar otak. Sesulit inikah jalan yang telah kau tempuh, Bu? Bagaimana semua ini terlewati, Bu? Apa ini hanya sesaat?

Bu, inikah ombak yang kau katakan? Ombak yang senantiasa menerpa karang dan saat ini aku yang menjadi karangnya. Ombaknya terlalu besar, Bu. Aku takut.

Bapak? Masihkah berkutat dengan laptop, kopi dan rokok? Mari sejenak kita liburan. Ke luar kota. Yang jauh. Yang bikin lupa sama kejamnya dunia.

Bagaimana untuk selalu sabar, Pak? Mereka menginjakku tanpa memberiku ruang bebas. Aku ingin bernafas. Bantu aku, Pak.

Pak, apa hidupku sedang diuji? Sudah sewajarnya roda selalu berputar, kenapa rodaku selalu dibawah?

Aku selalu ingat kata-kata, "Hidup sedang tidak seperti biasanya dan yakinlah bahwa ini hanya sementara, Tuhan sedang menguji ketegaran kita"

Selamat Hari Ibu, Selamat Ulang Tahun Bapak, Selamat Hari Pernikahan kesayanganku
Doakan anakmu Bu, jangan sampai aku mengecewakanmu.
Semoga Allah selalu merindhoi dan melancarkan jalanku, semoga Ibu dan Bapak selalu diberi kesehatan dan bisa menyaksikan anak-anakmu sukses nantinya. Amin!

-Adek