7.11.10

bla bli blu

Menjadi tua itu pasti.Tapi menjadi dewasa itu pilihan.
Seseorang bisa dibilang dewasa bukan karena dia uda mencapai umur tertentu.
Kadang” ada orang uda tua tapi perilakunya masih kekanak-kanakan. Ada juga orang yang
tergolong masih muda tapi bayak yg bilang kalo dia itu seorang yang dewasa.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa umur ga memberikan jaminan
seseorang itu bisa mencapai kedewasaan.Terus, kedewasaan itu apa sih..?.
Kedewasaan itu sangat terkait dengan urusan mentalitas (psikologis). Cara yang paling gampang buat ngukur kedewasaan adalah ketika seseorang itu dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang ada. Nanti, ak bakalan
nyeritain sebuah kisah kehidupan seseorang yang begitu tegar menghadapi
masalah. Kisah itu, bagi ak sungguh terlalu mengharukan, ak sempat menitikkan air mata. Xp
Ga tau, mungkin ak ga akan sanggup bertahan saat menghadapi masalah yang sama seperti yang dialami orang
itu. Dari kisahnya,ak cuma ingin mengajak untuk mencoba jujur terhadap diri kita
masing-masing. Apakah kita sudah dewasa ataukah belum..? Mengenai cerita
itu, sabar ya, tunggu saja nanti !
Ak lanjutin dulu uraian tentang topik "masalah". Dalam mengarungi samudera kehidupan ini, kita pasti dihadapin sama sebuah masalah.
Itulah dinamika yang membuat hidup menjadi bermakna. Rasa-rasanya, hidup ini bakal kerasa gersang kalau nggak ada dinamika kehidupan, hidup hanya monoton, ga ada pernak-perniknya, swear, hidup ini gak terasa indah. Tapi,
permasalahannya adalah, sejauhmana kita bisa memandang sebuah masalah dengan cara pandang
yang berbeda, sebuah cara pandang menggunakan kejernihan berpikir kita. Kita
semua tahu, permasalahan akan selalu ada, yang terpenting adalah gimana kita bersikap ketika menghadapi masalah itu.
Disinilah sebuah kedewasaan akan terlihat.
Apa kita hanya sekedar mengeluh mensikapi masalah yang kita hadapi, menyalahkan orang lain sebagai biang masalah dan bahkan menganggap Allah SWT nggak adil karena menimpakan masalah yang barangkali terlalu berat, atau kita bakal
bersikap sebaliknya. Kita mensikapi sebuah masalah dengan tenang, tidak
emosional terus pelan-pelan mikirin jalan keluar yang great.
Gimana menurut kamu, kira-kira bakal milih yang mana...?
Ok, sambil merenung, ak bakal memenuhi janji.
Kaya yang ak janji.in diawal tadi, ak bakal bercerita tentang sebuah kisah nyata. Kisah ini pernah ak baca di sebuah
majalah Islam. Udah cukup lama ak bacanya, sampai-sampai majalah itu
gak tau ada dimana sekarang.(mungkin uda diloakin) xp
Tapi, memori ak masih terus keinget sama kisah itu. Kisahnya adalah tentang seorang pemuda yang sederhana, dia seorang mahasiswa. Suatu ketika, dia sedang kekurangan uang. Dia pernah tidak makan nasi selama 24 hari karena
uangnya nggak cukup buat membelinya.Mungkin bakal ada yang nanya, gimana dia bisa bertahan hidup...?.
Setiap hari, dia cuma menganggarkan uang seribu rupiah buat menganjal perutnya dari rasa lapar. Setiap pagi, dia beli
sepotong roti seharga limaratus rupiah supaya bisa bertahan dari rasa lapar di siang harinya. Begitu juga, ketika sore tiba, dia melakukan hal yang sama, membeli lagi sepotong roti seharga lima ratus rupiah untuk bisa bertahan dari rasa
laparnya sampai besok pagi tiba. Begitu seterusnya, sampai 24 hari lamanya.
Luar biasa, dia nggak mengeluh dengan keadaan yang menimpanya.
Dia nggak mau minjem uang karena dia nggak mau ngerepotin temannya.Justru,dengan keadaan seperti itu, nggak menyurutkan langkahnya buat bisa berprestasi. Itu terbukti saat dia terpilih menjadi salah satu remaja
berprestasi versi salah satu majalah Islam di negeri ini. Dan, kisahnya ini diungkapkan dalam sebuah wawancara dengan majalah Islam itu.
Ada satu lagi cerita menarik darinya. Ketika akan diundang dalam acara penganugerahan hadiah, terpaksa dia minjem baju salah seorang
temannya karena dia benar-benar nggak punya baju yang layak buat menghadiri sebuah acara yang boleh dibilang resmi. Subhanallah.
Cerita ini bisa menjadi renungan bagi kita. Terkadang, kita terlalu banyak mengeluh atas keadaan yang kita alami, sementara kalau kita
menghitung nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, sungguh, tak akan bisa terhitung banyaknya. Tapi, biasanya, kita terus merasa kurang dan kurang.
Seolah kita lupa atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.
Laki-laki sederhana itu bisa kita jadikan contoh, bagaimana dia senantiasa tersenyum walau dalam keadaan yang sederhana, bahkan boleh dibilang kekurangan.
Baginya, keadaan yang seperti itu tak terlalu menjadi masalah.
Setidaknya, dia nggak menganggap kebahagiaan semata-mata karena banyaknya harta yang
dimiliki. Lelaki itu, semoga menjadi pelajaran kita dan kelak, semoga Allah memasukannya kedalam surgaNya. Darinya, kita bisa mengambil
pelajaran, bahwa kedewasaan itu adalah, gimana kita bisa mengatasi permasalahan dengan bijaksana. Sekarang, ayoo sama-sama kita jujur pada diri kita sendiri, sudah dewasakah kita...?.
:D

#thanksoo salam bibir merah