Aku sadar kalo aku enggak bisa, ngatur orang
seperti yang aku mau, membuat orang merasakan apa yang aku mau. memaksa
orang untuk berbuat begini, memaksa untuk merasakan senang, bahagia,
padahal mereka sama sekali sedang tidak merasa bahagia. memaksa orang
untuk berkata ini, berkata itu sesuai keinginanku. aku tau semua enggak
mungkin bisa berjalan sesuai kemauanku.
orang berbeda beda, begitu pula yang aku rasakan sekarang ini, aku
mulai menyadari bahwa aku enggak bisa memaksakan keinginanku kepada
orang. enggak bisa memaksa orang untuk senang terhadap hasil kerjaku,
padahal sebenarnya mereka tidak. aku pun enggak bisa memaksa dan
mengatur seseorang agar selalu berbuat baik kepadaku dan tidak pernah
berbuat jahat kepadaku.
Yah begitulah hidup, beraneka warna, bahagia, sedih, senang,
kepura-puraan, kebencian, semua berbaur menjadi satu layaknya sebuah
lukisan yang terdiri dari berbagai macam warna yang tergores di
dalamnya.
Hingga aku pun mulai merasakan kebencian terhadap seseorang, ketika
ia memberikan label kepadaku. aku sangat sakit hati. terlebih lagi, ia
tak membicarakannya langsung kepadaku, melainkan…. (ah sudahlah)
meskipun kami sudah berdamai, entah mengapa tiap kali mengingatnya, hati
ku terasa teriris iris bagaikan bawang bombay yang di iris menggunakan
pisau belati. perih rasanya. dan pe’label’an yang dia katakan merupakan
seuatu pukulan,
tendangan, tamparan, tepokan yang hebat yang buat saya merinding.
Mungkin aku nggak bisa ngatur kamu untuk enggak menjudge ku
dengan sebutan itu, enggak bisa memaksa kamu untuk menganggap aku yang
menjadi korban kebusukanmu. aku pun terus memutar otak, hingga akhirnya
aku menemukan sebuah jawaban.
Memang aku enggak bisa ngatur semua yang bakal kamu
lakuin ke aku, dan mungkin, yang bisa aku lakuin adalah ngatur diriku
sendiri, gimana caranya agar sifat burukmu tak nampak dan tak berdampak
kepadaku
Sejujur-jujurnya, dan aku enggak mau berpura pura, aku masih
sering benci. ingat ya, benci bukan sebel (FYI Benci : levelnya diatas
sebel) kalo nginget inget saat kamu menjudge ku dengan seperti itu. aku
ya aku.
I HAVE MY OWN WAY. I’m not copying anybody.
Dan ketika aku benci kepadamu pula aku segera mengingat ingat
apa yang telah kita lakukan bersama sebagai teman. perlahan lahan rasa
benci itu mulai kandas. entah akan muncul lagi apa enggak. itu juga di
luar kendaliku. dan Sebisa mungkin aku berusaha selalu berbuat kebaikan
kepadamu.